Industri Perkapalan Indonesia menemukan harapannya.

Financeroll
– Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, industri maritim
Indonesia memiliki potensi maritim yang menggairahkan untuk meningkatkan
kapasitas ekonominya.
Laut Indonesia mencakup 5,8 juta kilometer persegi, terdiri dari
perairan teritorial seluas 0,3 juta kilometer persegi, perairan
pedalaman dan kepulauan seluas 2,8 juta kilometer persegi, Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2, serta melingkupi lebih dari 17.500
pulau, dan kesemuanya ini menyimpan kekayaan yang luar biasa.
Dengan tumbuhnya Asia sebagai salah satu pemimpin ekonomi global dan
dengan terus terjaganya permintaan perdagangan lewat kapal di wilayah
ini, kelompok-kelompok maritim di Asia optimis akan kemampuan Asia untuk
melewati tahun yang diperkirakan akan berat bagi industri perkapalan
ini.
Ketua Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Carmelita
Hartoto, melihat potensi yang begitu besar di sektor perhubungan laut
Indonesia. “Saat ini industri maritim di Indonesia telah maju, dan
fokusnya telah bergeser, tidak hanya pada perdagangan domestik namun
juga pada perdagangan internasional. Kami berharap dengan ekspansi
armada nasional, akan ada pertumbuhan hal jumlah unit dan teknologi
maritim.”
Industri Maritim di Indonesia mulai mendapat perhatian lebih di era
kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, yang menginisiasi terbentuknya
cikal-bakal Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia yang
kini telah berjalan. Kementrian ini mengelola berbagai sumber daya laut
dan layanan maritim yang telah memberi sumbangsih pada industri maritim
Indonesia dewasa ini.
Carmelita Hartoto menambahkan: “Menyusul pelaksanaan prinsip kabotase
yang berhasil di Indonesia dalam lima tahun terakhir, dari 2005 sampai
2010, kami melihat langkah-langkah yang akan terus meningkatkan industri
maritim. Tren menarik yang sedang terjadi di industri maritim Indonesia
saat ini adalah Beyond Cabotage (Melampaui Kabotase), di mana kami
melihat tantangan sebagai peluang ketimbang risiko. Dalam waktu dekat,
akan dapat kita lihat bagaimana kapal-kapal berbendera Indonesia
mengubah dirinya menjadi kapal-kapal kelas dunia.
“Dengan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015
untuk menumbuhkan wilayah ini menjadi pasar ekonomi yang sangat
kompetitif dan terhubung, jaringan-jaringan produksi dan distribusi akan
meluas dan kian erat, yang pada gilirannya akan mendukung
industri-industri maritim negara-negara anggotanya.”
ASEAN juga telah menetapkan berbagai prioritas yang meliputi
peluang-peluang kerjasama dalam perhubungan maritim dan perkembangan
fasilitas-fasilitas pelabuhan antar-negara-negara anggota.
“Satu cara bagus untuk memanfaatkan tren-tren ini adalah dengan
berpartisipasi dalam kegiatan maritim untuk wilayah Asia Pasifik,
seperti acara Asia Pacific Maritime (APM) 2012 yang akan diselenggarakan
di Singapura dari tanggal 14 hingga 16 Maret tahun ini. Ajang ini
adalah kesempatan baik untuk bertemu dengan pemangku-pemangku
kepentingan lain di bidang maritim dan menggali berbagai kemungkinan
kerjasama,” Carmelita Hartoto menyimpulkan.
Asia Pacific Maritim terdiri dari pameran komprehensif, sesi-sesi
berjejaring internasional, serta serangkaian konferensi dan seminar yang
dipimpin oleh tokoh-tokoh maritim dunia. Tokoh-tokoh industri ternama,
yakni Nobor Ueda, Ketua dan Presiden ClassNK yang juga Wakil Ketua
Asosiasi Dewan Kelompok-Kelompok Klasifikasi Internasional
(International Association of Classification Societies Ltd./IACS), serta
Simon Bennett, Direktur Hubungan Eksternal Kamar Perkapalan
International (International Chamber of Shipping/ICS), akan menjadi tuan
rumah sesi utama APM 2012 yang bertema “Perkapalan di Asia: Menyiasati
Gejolak Laut.” (HQM)